Selasa, 29 November 2016

Kekayaan bukan segala galanya tetapi Kesuksesan harus di perjuangkan

Diliahrkanr dari keluarga kaya raya bisa dikatakan bonus sekaligus ujian. Mungkin saja mereka tak pernah merasakan kelaparan atau bingung melanjutkan pendidikan, tetapi mereka harus memutar otakmereka menjaga keberlangsungan bisnis keluarga.
Bukan hal mudah karena semua pihak menyorot sepak terjang mereka menjaga pundi-pundi keuangan keluarganya.

Rupanya tidak hanya di luar negeri, keluarga konglomerat juga banyak tersebar di tanah air. Uniknya, mereka bukanlah pengusaha di sektor besar, tapi bisa membesarkan sektor kecil.
Mereka dari 'pedagang' rokok hingga 'penjual' mie instan, tapi bisnisnya mampu meraup laba yang tidak sedikit dan kekayaannya kini bisa diturunkan untuk generasi-generasi selanjutnya
Inilah 5 keluarga konglomerat Indonesia yang masuk jajaran keluarga terkaya se-Asia versi Forbes:   
1. Keluarga Hartono
Berada di posisi 12 keluarga terkaya se-Asia, pemilik perusahaan Djarum ini menyimpan kekayaan US$ 12,7 miliar atau setara Rp 165 triliun. Kini, bisnis rokok keluarga Hartono dipegang oleh R Budi Hartono, Michael Hartono, dan Oei Hong Leong.

Pada 1950, perusahaan Djarum milik Oei Wie Gwan hampir mengalami kebankrutan. Anaknya, Robert Budi dan Michael Hartono mengambil alih perusahaan yang berada di Kudus itu setelah Oie meninggal tahun 1963.
Saat ini, anak tertua Budi, Victor Hartono menjadi COO Djarum dan mampu menjadi perusahaan rokok terbesar. Tidak hanya itu, kini keluarga Hartono juga menjadi pemegang 47% saham bank swasta terbesar di Indonesia, Bank Central Asia melalui Farindo Investment.

2. Keluarga Widjaja
Keluarga Widjaja dengan perusahaan keluarga miliknya, Sinarmas Group berada di posisi 28 keluarga terkaya se-Asia. Total kekayaan mereka sebesar US$ 5,8 miliar atau setara Rp 75 triliun.

Bisnis keluarga Widjadja dimulai ketika Eka Tjipta Widjaja pindah dari China ke Indonesia sejak muda. Dia mulai menjual biskuit pada usia 17 tahun dan kemudian mulai membangun Sinar Mas pada tahun 1962.
Sekarang, keluarga ini menjadi konglomerat setelah melakukan ekspansi bisnis ke sektor kertas, pertanian dan makanan, pengembang real estate, keuangan, energi dan infrastruktur, serta terelkomunikasi.
Sebagian besar bisnis dari keluarga Widjaja ini dipegang anak laki-laki Eka, Franky Widjaja.

3. Keluarga Lohia
Tidak semua konglomerat Indonesia keturunan China. Keluarga asal India, Lohia, merupakan keluarga terkaya se-Asia versi Forbes. Dengan bisnis tekstilnya, Indorama Corporation, keluarga ini berhasil menduduki peringkat 31 dengan total kekayaan US$ 5,4 miliar atau Rp 70,2 triliun.
Bisnis keluarga Lohia dimulai ketika Mohan Lal Lohia, seorang pedagang kain, dan anaknya Sri Prakash Lohia pindah ke Indonesia tahun 1973 dan membangun Indorama Synthetics.
Demi mengembangkan usahanya, keluarga ini melakukan diversifikasi produk dan masuk ke sektor petrochemicals.
Memasuki usia 60, Mohan memutuskan untuk mundur dari segala urusan bisnisnya. Namun, ketiga anak lelakinya telah siap melanjutkan apa yang telah dirintis bapaknya. Bisnisnya kini tersebar hampir ke semua benua.

4. Keluarga Wonowidjodjo
Lagi, pengusaha rokok asal Indonesia masuk jajaran keluarga terkaya se-Asia. Keluarga pemilik perusahaan Gudang Garam, Wonowidjojo berada di posisi 32 daftar tersebut dengan kekayaan US$ 4,9 miliar atau Rp 64 triliun.
Klan Wonowidjojo pindah dari China tahun 1927. Surya mulai melanjutkan bisnis tembakau pamannya, dan menciptakan rokok cengkeh atau kretek buatan Gudang Garam pada 1958.
Anak laki-laki tertuanya, Rachman Halim mengambil alih perusahaannya . Kemudian, setelah Rachman meninggal pada tahun 2008, perusahaan dipegang oleh adikan Susilo Wonowidjojo dan menjadi penghasil rokok kretek terbesar di Indonesia.


5. Keluarga Salim
Dengan kekayaan mencapai US$ 4,1 miliar atau Rp 53 triliun, Keluarga Salim berada di posisi37 keluarga terkaya se-Asia versi Forbes.
Anthoni Salim memimpin perusahaan Salim Grup yang bergerak di sektor makanan, tanaman, otomotif, telekomunikasi, properti, retail, dan bank.
Ayahnya, Liem Sioe Liong, migrasi ke Indonesia pada tahun 1983 dari Fujian, China, dan memulai bisnisnya dengan menjual pakaian dari pintu ke pintu.
Liem bertemu Soeharto sebelum Soeharto menjadi Presiden RI. Mereka menjalin hubunganyang saling menguntungkan bertahun-tahun.
Ketika Soeharto turun pada tahun 1998, menggoyahkan kerajaan Salim. Namun, mereka bertahan dan membangun kembali perusahaan. Kini, anak Anthoni, Axton memimpin Indofood Sukses Makmur, perusahaan mie instan terbesar di dunia.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar